Seberapa lama pun aku menghindarimu, tetap.. Aku tak bisa berlari jauh.
Seberapa jauh aku berlari, ternyata.. Aku hanya berjalan melangkah, bukan lari.
Sebagaimanapun aku mencoba melupakan, tetap.. Aku tak bisa untuk tidak mengingat.
Seperti apapun aku menahan rasa rindu, ternyata.. Aku sadar selalu kamu yang ada dipikiranku.
Sebagaimanapun aku meyakinkan hatiku, tetap.. Aku memberikan cintaku untuk kamu.
Rasa ini... Entahlah.
Kecewa.. Pedih.. Sakit.. Aku sudah berteman dengan mereka. Tetapi, tetap ada kebahagiaan yang menjadi teman setiaku. Meski aku selalu berkawan dengan diam berteman sepi dan kesendirian, tapi dihatiku ada kamu dan aku tau kamu tidak pernah pergi meninggalkanku.
Seberapa jauh jarak kita, tidak untuk hati kita.
Kita memang jarang berkomunikasi dalam sosial media atau lewat pesan singkat atau melalui telfon, tidak seperti dulu... Ah sudahlah hanya masa lalu yang tidak akan pernah terulang kembali.
Tapi, kita selalu berkomunikasi dalam doa masing-masing kan sayang?
Namamu, selalu ada dalam doaku. Masih selalu aku sebut..
Air mata yang habis mengalir karena kamu, tak kuasa ku bendung. Oh, tidak tidak. Cintaku untukmu yang tak bisa ku bendung tapi tetap tidak mengalahkan cintaku pada-Nya.
Yang... Aku rindu kau panggil aku dengan cara seperti itu. Atau idung, sebutan kamu untuk aku.
Aku rindu kamu telfon pagi pagi dengan suara khasmu hanya untuk memberi tahuku bahwa kamu sudah mendapat tiket.
Aku pernah meminta sepulang kamu dari sana, aku ingin bertemu. Kamu ingat? Tapi ternyata belum ada kesempatan.
Terkadang aku menyesal dengan keputusan yang telah ku buat, dengan menjauh dari kamu. Aku yakin kamu bisa menjaga diri tapi ketika kamu lupa, siapa yang mengingatkanmu? Adakah? Gelisahku tiada habisnya.
Semoga akan ada saatnya kita untuk dipersatukan. Dipersatukan oleh-Nya, atas kehendak-Nya. Karena kita saling mencintai satu sama lain karena Allah bukan?
Fika - Perempuan penunggu senja yang selalu merindukan dia.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar